Tidak ada kemuliaan bagi orang yang
memperturutkan hawa nafsu. Kemuliaan hanya bagi orang-orang yang mau
mengendalikan diri dan memelihara kesucian diri dengan gigih.
Dalam sebuah peperangan, Imam Ali
ra berhasil menjungkalkan lawan tandingnya. Ketika akan ditusuk, meludahlah
musuh itu tepat mengenai wajahnya sehingga Imam Ali tidak jadi membunuhnya.
"Ali, kenapa engkau tidak jadi membunuhku?" Imam Ali menjawab,
"Aku khawatir membunuhmu bukan karena Allah, tetapi karena ludah".
Apa yang ditunjukkan Imam Ali dalam
petikan kisah di atas memberikan pelajaran kepada kita bahwa pengendalian diri
harus selalu kita perhatikan dalam berbagai situasi, tempat, dan waktu.
Pengendalian diri merupakan sesuatu yang sangat penting untuk selalu kita
perhatikan, bahkan ia tergolong jihad an-nafs yang betul-betul harus
menjadi prioritas.
Biasanya kita lebih sibuk dengan
musuh-musuh lahir tanpa punya kesibukan untuk mengendalikan diri sendiri.
Padahal musuh lahir hanya sekadar bonus dari Allah, trigger, atau alat
supaya kita dapat kesempatan berjihad di jalan-Nya. Dan kunci dari pengendalian
diri ini adalah pengendalian hawa nafsu.
Jika kita umpamakan nafsu itu kuda
dan setan sebagai pelatihnya, maka jika kuda itu nurut kepada kita dan bukan
pada setan, maka insya Allah kita bisa lebih cepat mencapai tujuan dan bisa
menghemat energi. Tapi sebaliknya, kalau kuda (nafsu) itu tidak dikendalikan,
maka kita akan seperti rodeo, terombang-ambing, lalu terpelanting.
Salah satu tabiat nafsu adalah
tidak seimbangnya antara kesenangan yang didapat dengan akibat serta risiko
yang harus dipikul. Misalnya, ketika kita memakan makanan haram. Memang enak
terasa, tapi enaknya tidak akan lama, hanya ketika ada di mulut saja.
Bandingkan dengan mudharat yang harus kita pikul karena makanan
tersebut. Begitu pula dengan pandangan yang tidak terjaga. Melihatnya hanya
beberapa saat, tapi bayangannya sulit dilupakan, bahkan shalat pun menjadi
tidak khusyuk.
Karenanya, kita jangan menganggap
remeh pengendalian diri, karena bisa menghancurkan nama baik dan karir kita.
Rasulullah SAW pun mengatakan bahwa perang melawan diri (nafsu) lebih berat
dari Perang Badar yang merupakan perang terberat yang dihadapi Rasulullah SAW.
Ada banyak segi yang harus selalu kita
kendalikan dari diri kita, seperti panca indra, perut, syahwat, ataupun
perasaan. Andai kita memandang, tahanlah sekuat mungkin dari sesuatu yang
diharamkan. Segera berpaling karena Allah SWT melihat yang kita lakukan. Ketika
mau menonton TV bertanyalah, "Haruskah saya nonton acara ini?" Apa
ini berpahala?" Kalau tidak, matikanlah segeta TV tersebut. Untuk lebih
menjaga pandangan ada baiknya di samping tempat tidur kita sediakan Alquran
agar mudah dibaca. Atau siapkan buku bacaan di sekitar tempat kita beraktivitas
agar kita selalu terkondisi untuk melakukan hal-hal yang positif.
Mengendalikan nafsu yang berkaitan
dengan perut juga tidak kalah penting. Bertanyalah selalu sebelum menyantap
makanan. "Apakah saya harus membeli makanan semahal ini? Apakah saya harus
makan sebanyak ini? Apakah yang saya makan ini terjamin kehalalannya? Mana yang
lebih baik, saya makan makanan sederhana dengan kalori yang sama dan sisa
uangnya disedekahkan untuk makan orang lain?". Kalau kita terus bertanya
maka nikmat makan akan pindah; bukan dari nikmat rasa lagi tapi nikmat syukur.
Begitu pula ketika hendak
berbelanja, membeli aksesoris dunia. Proses bertanya harus selalu dilakukan
sebagai alat mengendalikan keinginan dan nafsu. Luruskan niat terlebih dahulu.
Jangan sekadar pengen, karena nafsu itu biasanya tidak pakai
perhitungan. Termasuk yang sedang jatuh cinta. Tanyalah selalu, "Apakah
saya harus mencintainya? Sudah siapkan aku menikah dengannya? Haruskah
hari-hariku tersita karena memikirkan dia? Apakah cinta ini harus kupelihara?
Apa sih untungnya?.
Dengan terus bertanya kepada hati,
insya Allah kita akan memiliki pengendalian diri yang baik. Apalagi yang kita
miliki jika kita tidak bisa mengendalikan diri dan terus ditipu serta
diperbudak hawa nafsu. Apalagi yang berharga pada diri kita?
Yakinlah bahwa tidak ada kemuliaan
bagi orang-orang yang memperturutkan hawa nafsu yang tidak di jalan Allah SWT.
Kemuliaan hanya bagi orang-orang yang mau mengendalikan diri dan mau memelihara
kesucian diri dengan gigih. Wallahu a'lam bish-shawab.
( KH Abdullah Gymnastiar )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar