Perpustakaan, dari zaman ke zaman, adalah
"nyawa" kehidupan sebuah peradaban. Tidak ada peradaban di dunia yang
berkembang dan terus membaik tanpa bermodalkan buku. Perpustakaan adalah juga
jantung kegiatan pendidikan. Tidak ada sekolah yang berhasil melahirkan para
lulusan dengan prestasi hebat tanpa buku. Betapa pentingnya mendirikan rumah
Pertanyaannya,
apakah cukup hanya mendirikan bangunan fisik sebuah perpustakaan dan kemudian
mengisinya dengan buku-buku bermutu? Untuk langkah awal, tentu, pendirian
bangunan fisik amat perlu. Hanya, setelah bangunan berdiri, sebuah perpustakaan
sangat layak untuk menjaga keberadaannya dengan kegiatan-kegiatan yang
menggairahkan berkaitan dengan buku.
Menarik minat masyarakat untuk membaca pada zaman sekarang bukanlah pekerjaan mudah. Ada banyak "musuh" kegiatan membaca yang telah menyebar dan mengakar di tengah masyarakat. Kita bisa menyebut televisi--meskipun telah berjasa memberikan hiburan selama 24 jam full--sebagai salah satu "musuh" terbesar itu.
Namun, akan sangat membuang energi apabila kita hanya menyalahkan "musuh-musuh" kegiatan membaca. Alangkah bagusnya apabila energi yang kita miliki, kita coba gunakan untuk mencari sesuatu yang dapat membantu para pengelola perpustakaan, atau pihak-pihak lain yang concern terhadap bangkitnya minat membaca di masyarakat, agar lebih termotivasi untuk terus mau dan mampu "menghidupkan" perpustakaan hingga akhir zaman.
Berikut adalah beberapa usulan saya yang semoga dapat memberikan alternatif untuk "menghidupkan" perpustakaan. Usulan ini tentu bukan usulan final. Ini merupakan usulan yang dapat dipilih dan dipertimbangkan sesuai kemampuan dan ketersediaan dana yang ada. Saya sengaja mengurutkan usulan saya ini dari yang paling mudah ke yang, mungkin, paling sulit dilaksanakan. Semoga bermanfaat.
1. Menempel poster
orang-orang yang sukses lantaran kesuksesan itu mereka raih lewat membaca buku.
Bayangkan, di sebuah perpustakaan terdapat foto atau gambar Buya Hamka, Soekarno, Deliar Noer, Fuad Hassan, Nurcholish Madjid, Ratna Megawangi, atau tokoh-tokoh lain, yang terpampang dengan jelas dan kemudian setiap orang yang melihat foto atau gambar tersebut dapat memahami bahwa mereka sukses lantaran mereka menjalankan kegiatan membaca buku.
2. Menempel poster para
penulis yang telah berhasil mewarnai dunia dengan karya-karya tulisnya.
Bayangkan pula, di sebuah ruang perpustakaan
yang kecil namun nyaman, para pengunjung perpustakaan yang masih anak-anak
dapat melihat sosok-hebat H.C. Andersen, Al-Ghazali, Anne Frank, R.A. Kartini,
Jalaluddin Rumi, Annemarie Schimmel, Mohammad Hatta, J.K. Rowling, dan para
penulis kondang lain, yang telah berjasa menyebarkan ilmu lewat buku-buku
karyanya.
3. Ada kegiatan membaca
dan menulis yang saling melengkapi dan mendukung.
Bayangkan pula, para pengunjung perpustakaan
tidak hanya membaca buku namun juga disediakan meja untuk menuliskan
ide-idenya, gara-gara pikirannya berinteraksi dengan pikiran para penulis buku
yang dibacanya. Sebuah perpustakaan dapat melahirkan para penulis, apakah
mungkin?
4. Menyediakan bahan
bacaan yang lengkap, kaya, dan beragam, yang tak hanya buku.
Bayangkan, apabila ada perpustakaan untuk
anak-anak yang dapat menarik minat para orangtua, paman dan bibi, dan anggota
keluarga mereka yang lain untuk juga dapat mendapatkan bahan-bahan bacaan yang
bagus dan bermutu? Bayangkan, jika di perpustakaan itu juga menyediakan bukan
hanya buku tetapi publikasi lain, seperti katalog, buletin, ataupun
berita-berita ringan tentang perkembangan teknologi informasi (komputer dan
ponsel, misalnya)?
5. Ada teladan (role
model) baca-tulis di perpustakaan yang dapat dilihat oleh pengunjung
perpustakaan setiap hari.
Bayangkan, sebuah perpustakaan yang para
pengelola perpustakaannya juga aktif membaca dan menulis? Di papan pengumuman
atau majalah dinding perpustakaan tertempel tulisan-tulisan para pengelola
perpustakaan yang mengabarkan tentang kehebatan sebuah buku baru yang baru
tiba?
6. Ada, sesekali,
pelatihan peningkatan keterampilan baca tulis untuk semua kalangan.
Bayangkan, apabila sesekali di sebuah ruang
perpustakaan yang sempit diadakan pelatihan peningkatan keterampilan membaca
dan menulis? Bagaimana mengenali buku yang bergizi, misalnya, dan bagaimana
membaca dengan menggunakan keseluruhan komponen otak dan indra, misalnya lagi?
7. Ada tokoh masyarakat
yang dihadirkan ke perpustakaan, dan tokoh itu memiliki minat dan perhatian
yang besar terhadap tumbuh-berkembangnya kegiatan baca tulis di masyarakat
luas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar