Kreativitas. Inilah satu hal yang
harus terus kita cari dan kita syukuri dalam hidup ini. Kreativitas adalah
kemampuan untuk berkreasi dan menciptakan sesuatu yang baru. Tentu, untuk
melakukannya dibutuhkan kecerdasan serta imajinasi.
Ada banyak hal di sekeliling kita yang
merupakan hasil dari kreativitas. Kita lihat peniti. Ia adalah hasil daya
kreativitas dari sebatang kecil besi yang dibengkok-bengkokan. Barangnya kecil
dan sederhana, tetapi efektif dan besar sekali manfaatnya. Maaf, baju atau
celana bisa rapat atau tidak melorot karena peniti.
Saya pernah bertemu dengan
seseorang yang mengatakan bahwa dirinya tidak percaya dengan mukjizat! Saya
agak heran dan bertanya, "Kenapa Pak? Ia lalu menjawab lagi, "Karena
mukjizat itu tidak sesuai dengan hukum alam". Saya bertanya lagi,
"Sampai sejauh mana kita mengetahui hukum alam?". Ia menjawab,
"Sesuatu yang kita anggap impossible sekarang hakikatnya hukum alam
juga, hanya karena ilmu dan wawasannya saja belum sampai kepada kita. Banyak
hal sebelumnya dianggap tidak mungkin, tapi sekarang menjadi sesuatu yang
mungkin. Contohnya pembicaraan jarak jauh, bahkan antarbenua. Dahulu tidak
terbayang bisa dilakukan, tapi kini? justru dengan teknologi menjadi sangat
mudah dilakukan".
Artinya kita tidak boleh mengunci
diri dengan sesuatu yang dianggap baku
atau dianggap ada. Apa sebabnya? Di dunia ini sangat banyak peluang untuk
menemukan sesuatu yang baru, atau menemukan hal-hal yang lebih efektif dan
efisien dari segala sisi. Kita tidak boleh terkunci dengan apa yang telah
terjadi, karena langkah kreativitas kita masih teramat dahsyat.
Seseorang akan dipandang kredibel
atau terpercaya tatkala ia mampu mengembangkan daya kreativitas dan kemampuan
inovasinya dalam hal apapun terutama yang positif. Handphone, contohnya.
Kita bisa melihat bagaimana merk-merk terkenal bertarung luar biasa dalam
memunculkan inovasi dan kreasi-kreasi baru. Kenapa ini terjadi? Karena mereka
harus mempertahankan kredibilitas merk tersebut agar tidak ditinggalkan para
konsumennya. Demikian pula dengan komputer, televisi, atau alat transportasi.
Begitupun ketika kita jadi sarjana.
Mungkin ketika lulus dan diwisuda kita disegani, tetapi besok lusa jika kita
tidak kreatif dalam mengisi hidup dan mengembangkan diri, lambat laun
kepercayaan orang kepada kita akan hilang.
Menjadi seorang pejabat pun
demikian. Mungkin pada hari pertama ia diangkat, orang-orang memuji dan
menghargainya, hari kedua masih dihargai, tetapi hari-hari berikutnya, ketika
kita tidak terlihat kreativitasnya untuk menyelesaikan masalah, lambat laun
pula akan hilang kredibilitasnya. Pejabat tersebut tidak lagi dipercaya dan
otomatis hilang pula wibawanya. Karena itu, dalam sisi apapun, kita membutuhkan
kreativitas.
Bagaimana caranya agar kita mampu
menumbuhkan daya kreativitas dalam diri? Salah satu caranya, kita harus
mempunyai keberanian untuk melakukan sesuatu yang baru. Berbeda tidak selamanya
menunjukkan keburukan. Seperti dalam berdakwah misalnya. Kalau kita berdakwah
hanya dengan berceramah di masjid saja, insya Allah dampaknya akan sangat
kurang. Dakwah akan berkembang dan lebih efektif tatkala kita lebih kreatif
dalam mengemasnya. Misalnya dengan memanfaatkan teknologi informasi yang ada,
cara penyampaiannya yang lebih menarik dan berbobot, berdakwah dengan bukti,
dan lainnya.
Kita pun jangan terbelenggu dengan
apa-apa yang telah kita miliki. Saya misalnya kuliah di jurusan Elektro dan
bercita-cita menjadi tentara, tapi dengan izin Allah terjadi penyimpangan.
Penyimpangan itu tidak selalu menjadi musibah. Kuliah itu hanya beberapa jam
saja sehari, sedangkan waktu kita yang 24 jam dapat dimanfaatkan untuk mencari
ilmu-ilmu lainnya. Tidakkah kita bisa mengemas selama kuliah, baik itu hubungan
dengan sesama, hubungan bisnis, atau organisasi. Semua itu merupakan aset
pengembangan diri. Tentu saja tidak harus semua beralih profesi, tetapi jangan
sampai kuliah ini membelenggu kita yang seakan-akan hanya ada dalam wadah yang
bersangkutan.
Kuliah harus berfungsi sebagai
tempat membaca potensi dan mengembangkannya. Tidak salah kita ingin menjadi
insinyur yang baik, tetapi kekayaan kita bukan gelar insinyurnya. Kekayaan
sebenarnya adalah kekayaan pribadi, termasuk kemampuan mandiri dan kemampuan
manajemennya. Jadi kemampuan kita harus berkembang, tidak hanya pada satu
bidang saja. Idealnya, kemampuan kita harus melampaui gelar kita.
Kemampuan kita untuk berkreasi,
berinovasi dan menerobos hal-hal yang baru sebenarnya sangat luar biasa.
Asalkan tidak terbelenggu oleh pendapat, sistem, dan lingkungan yang telah ada
sebelumnya. Selain itu, kita harus selalu memulai sesuatu dengan perhitungan
yang matang.
Saudaraku, hidup ini sarat dengan
peluang. Kita harus mengisinya dengan terus berkarya, berkreasi dan membuat
hal-hal yang baru. Inilah episode hidup yang harus kita jalani. Episode hidup
mempersembahkan yang terbaik bagi dunia dan bermakna bagi akhirat nanti. Wallahu'alam
bish-shawab.
( KH
Abdullah Gymnastiar )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar